Buku ini unik karena memperbincangkan soal sosok ayah oleh anak-anak remaja belia santri di Pesantren Bali Bina Insani. Memang ini bukan satu-satunya buku dengan judul itu. Puluhan tahun silam ada buku dengan judul Ayah yang menceritakan kisah Buya Hamka, seorang ulama yang sangat terkenal. Lalu ada novel bergenre Roman/drama yang ditulis oleh Andrea Hirata dengan judul yang sama, Ayah. Dan masih banyak sebetulnya. Buku ini bukanlah karya yang diterbitkan dalam rangka pembelajaran, seperti tugas sekolah atau hasil pelatihan menulis yang bersifat terbatas. Buku ini merupakan antologi istimewa yang lahir dari hati dan pemikiran 21 santri, serta seorang ustadzah muda, yang dengan tulus menuliskan kenangan, perasaan, dan refleksi mereka tentang sosok ayah. Buku ini layak diterbitkan secara luas agar dapat menjangkau khalayak lebih luas, menjadi bacaan yang penuh makna, dan menginspirasi banyak orang dalam menghargai peran ayah dalam kehidupan.

Para santri ini dipastikan jauh dari ayahnya dan tentu keluarga tercintanya karena mereka tinggal di pesantren. Buku ini kombinasi berbagai perasaan cinta, hormat, galau, rindu, cemas, sekaligus harapan terhadap sosok ayah. Menjadi seseorang yang tidak berayah (fatherless) itu bukan pilihan karena menghawatirkan. Tidak berayah itu, tidak semata karena tidak mempunyai ayah biologis karena berbagai sebab (mungkin meninggal atau perceraian). Ini tidak diharapkan. Tapi tidak berayah itu, karena karena kehadiran ayah secara fisik biologis ternyata tidak memaknai apa-apa. “Wujuduhu ka adamihi,” punya ayah tapi sama saja tidak punya karena fungsi, peran dan kewajiban ayah tidak ditunaikan. Ini juga sesuatu yang tidak diharapkan, akan tetapi benyak terjadi.

Categories:,
Book-author

, , , , ,

Editor

Muhammad Soleh, S.Ag, M.A

Penerbit

Affinity Publisher

Tebal

ISBN

Proses

Customer Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “CORETAN RASA TENTANG AYAH”

Your email address will not be published. Required fields are marked *